Virus Hedonisme Menyerang Urat Malu, Yang Terkena Virus ini Kehilangan Rasa Malu
Sigerindo Jakarta - Hedonism, Capitalism, Feodalism adalah satu penyakit yang jika suatu bangsa terjangkiti penyakit tersebut maka bangsa itu akan mati suri, mati tidak hidup bukan? Dunia menyebutnya penyakit hedon. Penderitanya disebut hedonis
Nama virusnya hedonisme. Virus Hedonisme ini menyerang urat malu. Mereka yang terkena virus ini niscaya kehilangan rasa malu alias urat malunya putus
Seperti para koruptor yang juga pesohor. Disisi lain, virus ini juga menghidupkan saraf cuek hilangnya rasa empati dan simapati terhadap sesama, apatis, masa bodoh “itu bukan urusan gw..emang gw fikirin”. Penderitanya menjadi manusia super cuek, sesuka hati mana-suka, dan suka-suka tidak suka.
Penderita hedonism sangat cepat mengepidemik dan menjangkit kesemua kalangan. Daya tularnya luar biasa cepat. Ciri penderitanya adalah mereka hidupnya hanya cerita senang, baik ketika sadar, tidur, bahkan dalam mimpi-mimpinya. Tidak ada cerita kepedulian dan tanggung-jawab, perjuangan apalagi pengorbanan
Siapakah yang menyebarkan virus Hedonism? Siapa lagi kalau bukan para kapitalis. Para kapitalis adalah soko guru hedonis. Dengan modal asset tak terbatas, para kapitalis dunia berkewajiban menularkan virus-virusnya
Mereka hanya berpikir bagaimana suatu bangsa menjadi hedon. Bangsa yang hedon adalah pasar setia segala produk kapitalis yaitu berupa ide, pemikiran, life style, gaya hidup hura-hura, cuek, senang-senang, tak peduli pada cerita dan realita persoalan nilai, tanggung-jawab, perjuangan dan pengorbanan demi manusia dan kemanusiaan, bangsa dan kebangsaan. Hmm… .
Siapakah para feodalis dan dimana posisi mereka? Para feodalis adalah kaum elite bisa berasal dari para akademisi yang sudah dihedonkan, lupa yang seharusnya menjadi harapan dan agen perubahan
Hingga menyasar kaum penguasa, birokrat, tokoh politik, tokoh agama, ahli hukum, yang orientasi hidupnya enak dan senang-senang, hura-hura yang berdampak efek kesenjangan sosial menjadi huru-hara
Profesioanal, jabatan dan harga diri mereka sudah digadaikan bahkan dijual sangat murah kepada kapitalis sebagai babu alias jongos yang menghianati bangsanya
Tugas kaum feodal dengan memuluskan dan meluluskan jalan pintas di tingkat hukum, kebijakan, birokrasi, legalisasi, menjadi garansi bagi program ambisi kaum kapitalis
Mengapa persoalan asset sumber daya alam bangsa ini yang subur makmur loh-jinawe banyak yang sudah lepas dan beralih menjadi milik aseng-asing? karna patut diduga telah terjadi “black market” transaksional dengan kerjasama yang baik yaitu “simbiosis mutualis” antara para kapitalis, feodalis dan bangsa yang hedonis, yang tanpa sadar menjadi bom waktu dan lonceng kematian bagi rakyat, bangsa dan negara, Negara hanya dijadikan bancakan berjama’ah dengan khusuk dijalan Tuan bukan dijalan Tuhan, prioritasnya hanya memberi kemakmuran jasmani kepada sekelompok kurcaci dan para bedebah parasit bangsa ini.
Dengan bahasa sederhana, bahwa sebenarnya kaum hedonis dan feodalis adalah Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa yang hilang dan tersandra dalam genggaman dan penguasaan yang beralih menjadi agen kapitalist
Itu saja. . Kalau kita mengambil istilah sang Proklamator Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah dari pada perjuangan kalian
Karena musuhku begitu nyata, bangsa asing.Tapi yang kalian hadapi adalah penjajah-penjajah dari bangsamu sendiri” . Lalu pertanyaannya.. apakah kita harus terus-menerus melihat akrobatik para badut-badut berparas lucu dan menawan, boneka tanpa tulang yang tidak berprikemanusiaan, sambil menonton dengan meminum pil pahit racun mematikan..?
Atau sebaliknya.. bergerak tanpa batas, berjuang dijalan tuhan demi kemanusiaan yang memanusiakan manusia, sambil merenung minum madu sebagai vitamin yang menyehatkan berjuang mati tidak berjuang juga mati, maka tetaplah berjuang selama hayat masih dikandung badan untuk sebuah perubahan, demi keadilan dan kemulya’an
Melalui Pendidikan, dengan mengedukasi rakyat agar tidak tersesat dijalan yang ramai dari propaganda akal bulus oleh pejabat rakus dibalik hipokritisme yang penuh dengan kepura-pura’an dan kemunafikan pencerahan..yang mencerdaskan betapa pentingnya mengembalikan citra, martabat harga-diri bangsa untuk Indonesia Raya.. agar lepas dan terhindar dari virus-virus tersebut, yang lebih berbahaya dan mematikan, jiwa maupun raga tunas-tunas bangsa
Penyadaran massal. Kesadaran dengan tujuan yang sadar dan benar, bahwa kita sebangsa dan setanah air dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mewarisi cita-cita dan berbudi luhur penuh tapakur demi ibu pertiwi untuk segenap anak negeri. The great weapon to change the world is education. ( +_ )
Oleh: Ozzi Sulaiman Sudiro, (Ketum KWRI)
Nama virusnya hedonisme. Virus Hedonisme ini menyerang urat malu. Mereka yang terkena virus ini niscaya kehilangan rasa malu alias urat malunya putus
Seperti para koruptor yang juga pesohor. Disisi lain, virus ini juga menghidupkan saraf cuek hilangnya rasa empati dan simapati terhadap sesama, apatis, masa bodoh “itu bukan urusan gw..emang gw fikirin”. Penderitanya menjadi manusia super cuek, sesuka hati mana-suka, dan suka-suka tidak suka.
Penderita hedonism sangat cepat mengepidemik dan menjangkit kesemua kalangan. Daya tularnya luar biasa cepat. Ciri penderitanya adalah mereka hidupnya hanya cerita senang, baik ketika sadar, tidur, bahkan dalam mimpi-mimpinya. Tidak ada cerita kepedulian dan tanggung-jawab, perjuangan apalagi pengorbanan
Siapakah yang menyebarkan virus Hedonism? Siapa lagi kalau bukan para kapitalis. Para kapitalis adalah soko guru hedonis. Dengan modal asset tak terbatas, para kapitalis dunia berkewajiban menularkan virus-virusnya
Mereka hanya berpikir bagaimana suatu bangsa menjadi hedon. Bangsa yang hedon adalah pasar setia segala produk kapitalis yaitu berupa ide, pemikiran, life style, gaya hidup hura-hura, cuek, senang-senang, tak peduli pada cerita dan realita persoalan nilai, tanggung-jawab, perjuangan dan pengorbanan demi manusia dan kemanusiaan, bangsa dan kebangsaan. Hmm… .
Siapakah para feodalis dan dimana posisi mereka? Para feodalis adalah kaum elite bisa berasal dari para akademisi yang sudah dihedonkan, lupa yang seharusnya menjadi harapan dan agen perubahan
Hingga menyasar kaum penguasa, birokrat, tokoh politik, tokoh agama, ahli hukum, yang orientasi hidupnya enak dan senang-senang, hura-hura yang berdampak efek kesenjangan sosial menjadi huru-hara
Profesioanal, jabatan dan harga diri mereka sudah digadaikan bahkan dijual sangat murah kepada kapitalis sebagai babu alias jongos yang menghianati bangsanya
Tugas kaum feodal dengan memuluskan dan meluluskan jalan pintas di tingkat hukum, kebijakan, birokrasi, legalisasi, menjadi garansi bagi program ambisi kaum kapitalis
Mengapa persoalan asset sumber daya alam bangsa ini yang subur makmur loh-jinawe banyak yang sudah lepas dan beralih menjadi milik aseng-asing? karna patut diduga telah terjadi “black market” transaksional dengan kerjasama yang baik yaitu “simbiosis mutualis” antara para kapitalis, feodalis dan bangsa yang hedonis, yang tanpa sadar menjadi bom waktu dan lonceng kematian bagi rakyat, bangsa dan negara, Negara hanya dijadikan bancakan berjama’ah dengan khusuk dijalan Tuan bukan dijalan Tuhan, prioritasnya hanya memberi kemakmuran jasmani kepada sekelompok kurcaci dan para bedebah parasit bangsa ini.
Dengan bahasa sederhana, bahwa sebenarnya kaum hedonis dan feodalis adalah Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa yang hilang dan tersandra dalam genggaman dan penguasaan yang beralih menjadi agen kapitalist
Itu saja. . Kalau kita mengambil istilah sang Proklamator Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah dari pada perjuangan kalian
Karena musuhku begitu nyata, bangsa asing.Tapi yang kalian hadapi adalah penjajah-penjajah dari bangsamu sendiri” . Lalu pertanyaannya.. apakah kita harus terus-menerus melihat akrobatik para badut-badut berparas lucu dan menawan, boneka tanpa tulang yang tidak berprikemanusiaan, sambil menonton dengan meminum pil pahit racun mematikan..?
Atau sebaliknya.. bergerak tanpa batas, berjuang dijalan tuhan demi kemanusiaan yang memanusiakan manusia, sambil merenung minum madu sebagai vitamin yang menyehatkan berjuang mati tidak berjuang juga mati, maka tetaplah berjuang selama hayat masih dikandung badan untuk sebuah perubahan, demi keadilan dan kemulya’an
Melalui Pendidikan, dengan mengedukasi rakyat agar tidak tersesat dijalan yang ramai dari propaganda akal bulus oleh pejabat rakus dibalik hipokritisme yang penuh dengan kepura-pura’an dan kemunafikan pencerahan..yang mencerdaskan betapa pentingnya mengembalikan citra, martabat harga-diri bangsa untuk Indonesia Raya.. agar lepas dan terhindar dari virus-virus tersebut, yang lebih berbahaya dan mematikan, jiwa maupun raga tunas-tunas bangsa
Penyadaran massal. Kesadaran dengan tujuan yang sadar dan benar, bahwa kita sebangsa dan setanah air dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mewarisi cita-cita dan berbudi luhur penuh tapakur demi ibu pertiwi untuk segenap anak negeri. The great weapon to change the world is education. ( +_ )
Oleh: Ozzi Sulaiman Sudiro, (Ketum KWRI)